formulasi bifonazole cream

  1. Tinjauan kimia
    1. Monografi zat aktif

Nama IUPAC : 1 – [fenil-(4-phenylphenyl) metil]-1H-imidazol

CAS Number: 60628-96-8

Formula molekul : : C22 H18 N2

Berat Molekul

MOL File:

310.3917

 

60628-96-8.mol

Kepadatan 1.07g/cm3
Titik didih 491.7°C at 760 mmHg
Indeks bias 1.616
Titik nyala 251.2°C

Sangat lipofilen. Larut dalam alkohol, dimethylformamide, dimetil sulfoxide. Kelarutan dalam air pada pH 6: <0,1 mg/100 ml. Stabil dalam larutan pada pH 1-12.

Synonyms: Amycor;Bedrid;A-One-L;Azolmen;Bedriol;Bifazol;bayh4502;mycospor;bifonazol;BIFONAZOLE
CBNumber: CB8138176

 

  1. Identifikasi

Ultra violet spectrophotometry

Bifonazole (200 mg) diambil dalam 100 ml labu ukur dan volume dibuat dengan metanol. Satu ml larutan dipipet dan diencerkan sampai 100 ml dengan metanol. Diperiksa antara 200-400nm. larutan menunjukkan serapan maksimum pada 254,4nm

 

Evaluasi Krim bufonazole

  1. Pemeriksaan organoleptis meliputi: penampilan, warna dan bau.
  2. Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan dilakukan setiap satu minggu selama delapan minggu. sediaan krim dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

  1. Pemeriksaan pH krim

Pemeriksaan dilakukan setiap satu minggu selama delapan minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter digital. Pertama alat ini dikalibrasi dengan menggunakan larutan pH 7 sehingga pada alat menunjukkan nilai pH 7 lalu nilai pH disimpan (pengaturan alat). Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, dikeringkan dengan kertas tissue, dikalibrasi lagi dengan larutan pH 4 dan nilai pH 4 simpan (pada pengaturan alat), setelah itu dicuci kembali elektroda dan dikeringkan. Pengujian pH dilakukan dengan cara mengencerkan sediaan dengan air (1:10), kemudiaan elektroda celupkan kedalam larutan tersebut dan angka pada alat akan menunjukkan nilai pH sediaan.

  1. Uji stabilitas terhadap suhu (Jellinek, 1970; Martin et al, 1993)
    1. Untuk suhu dibawah 0 ͦC

Caranya: sediaan ditimbang 20 gram dimasukkan kedalam wadah krim, kemudian krim diletakkan dalam lemari es dengan temperatur – 4 ͦC, biarkan selama 24 jam lalu dikeluarkan dan amati ada atau tidak terjadi pemisahan.

  1. Untuk suhu kamar.

Caranya: sediaan ditimbang 20 gram, dimasukkan kedalam wadah krim, lalu dibiarkan selama 2-3 bulan pada suhu kamar. Setelah itu dikeluarkan dan amati ada atau tidak terjadi pemisahan.

  1. Pemeriksaan daya tercuci krim (Jellinek, 1970)

Sediaan ditimbang 1 gram, oleskan pada telapak tangan kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dari buret dengan perlahan-lahan, amati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa pada telapak tangan, catat volume air yang terpakai.

  1. Uji daya menyebar (Voigt, 1994)

Sediaan sebanyak 0,5 gram diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi kaca transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan dihitung luas daerah yang diberikan oleh sediaan, kemudian diberi beban tertentu (1g, 3g, 5g, 7g, 9g, 11g, 13g, 15g) dan dibiarkan selama 60 detik, lalu dihitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan.

  1. Uji iritasi kulit

Ditimbang 0,1 gram krim, dioleskan 4 cm pada kulit lengan bagian dalam kemudian ditutupi dengan kain kasa dan diplaster, setelah itu dilihat gejala yang ditimbulkan setelah 24 jam pemakaian. Uji iritasi ini dilakukan untuk masing-masing formula pada 5 orang panelis selama 3 hari berturut-turut.

 

 

  1. Tinjauan farmakologi
    1. Farmakokinetik

Menghambat HMG-CoA reduktase dan sitokrom P450 (https://www.wikigenes.org/e/chem/e/5459391.html)

Bifonazole, merupakan turunan imidazol dengan spektrum antimikotik yang luas dari tindakan yang mencakup dermatofit, ragi, jamur dan jamur lain seperti Malassezia furfur. Hal ini juga efektif pada Corynebacterium minutissimum. Bifonazole menghambat biosintesis ergosterol pada dua tingkat yang berbeda, membedakan bifonazole baik dari turunan azole lainnya dan dari antijamur lain yang bertindak hanya pada tingkat tunggal. Penghambatan sintesis ergosterol menyebabkan gangguan struktural dan fungsional dari membran sitoplasma.

Penyerapan oral Bifonazole ditemukan menjadi 1,55% ± 0,95. dan metabolisme dilaporkan hati. Plasma setengah hidup 1-2hrs.

Bifonazole, sebuah imidazol derivatif baru-baru ini dikembangkan, pameran dalam kondisi konvensional in vitro tes (antijamur) properti terkenal dan klasik azoles:

1 Sebuah spektrum yang luas yang terdiri dari antimycotic dermatofit, ragi, jamur, dan jamur biphasic

  1. intensitas tinggi aktivitas antimikotik

3 Situasi ketahanan memuaskan dengan insiden rendah resistensi primer, sekunder dan resistensi yang tidak dapat dideteksi sampai sekarang

  1. Sangat baik dalam efek vivo setelah aplikasi topikal menggunakan model trichophytosis di guinea pig
  2. Efek setelah pemberian oral dalam model murine candidiasis

Selain itu, bifonazole ditandai dengan waktu retensi yang lama pada kulit, seperti yang ditunjukkan dengan model profilaksis infeksi, dan oleh aktivitas fungisida meningkat pada elemen jamur berfilamen, khususnya dermatofit, karena penghambatan ganda pada biosintesis ergosterol di jamur Sel

Penyerapan dari bifonazole ke dalam sel jamur mencapai maksimum setelah hanya 20-30 menit, dan obat tetap ada selama sekitar 120 jam, terus menghambat biosintesis ergosterol. Jadi dalam sel jamur bifonazole terkontaminasi kerugian diucapkan virulensi diamati, yang akhirnya mempengaruhi berbagai langkah dari kontaminasi infeksi pada macroorganisms dan konversi dari saprophytic ke tahap parasit dalam jamur. Berdasarkan sifat eksperimental in vitro dan in vivo, bifonazole memungkinkan untuk aplikasi sekali sehari dan durasi pengobatan.

 

Farmakokinetik

Setelah satu aplikasi (topikal) dari 15.2mg [14C] cream bifonazole, dan oklusi berikutnya untuk

enam jam, 0,6 ± 0,3% dari dosis diserap. Tingkat penyerapan adalah sekitar

0.008mg / 100cm2 per jam. Pada kulit yang meradang nilai-nilai ini lebih tinggi dengan faktor empat. Mirip

Hasil yang diperoleh setelah penerapan bifonazole sebagai solusi 1%.

Kadar plasma hingga 16ng / ml diperoleh pada bayi dengan ruam popok setelah aplikasi 5g tunggal krim.

Setelah pemberian intravena 0.016mg / kg [14C] bifonazole, penyerapan jaringan itu cepat.

Bifonazole, bagaimanapun, dengan cepat dimetabolisme dengan hanya 30% dari dosis intravena tersisa berubah 30 menit pasca-dosis.

Penghapusan metabolit adalah biphasic (T½ delapan dan 50 jam). Dalam waktu lima hari administrasi 45% dari dosis yang diberikan telah dikeluarkan renally, dengan 40% yang dieliminasi melalui hati dan empedu (feses)

 

 

  1. Farmakodinamik

Komposisi: 1 g cream contains 10 mg bifonazole in inert cream base (O/W)

Inidikasi :  krim antijamur topikal digunakan untuk mengobati infeksi kulit seperti tinea, kaki Atlet, atlet gatal, kurap infeksi tubuh dan kulit lainnya yang disebabkan oleh jamur dan ragi.

PO: sekali sehari pada malam hari. Oleskan tipis.

Efek samping : Kadang, reaksi kulit seperti kemerahan, terbakar, gatal, iritasi dan mengelupas dapat terjadi.

kehamilan dan menyusui :

Data keamanan praklinis dan data farmakokinetik pada manusia tidak memberikan indikasi bahwa efek yang merugikan pada ibu dan anak harus diantisipasi ketika Bifonazole digunakan selama kehamilan. Namun, tidak ada data klinis yang tersedia. Dalam 3 bulan pertama kehamilan Bifonazole tidak boleh digunakan tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter. Penyerapan sistemik obat dari aplikasi topikal rendah tetapi merupakan potensi bahaya bagi janin. Tidak diketahui cuaca obat ini diekskresikan dalam air susu manusia. Perhatian harus dilakukan ketika Mycospor diberikan kepada seorang ibu breasfeedinq.

  1. Alasan pemilihan

Bentuk sediaan obat yang dipilih adalah Cream bifonazole Pertimbangan farmasetika/biofarmasetika

  1. Bufonazole bersifat praktis tidak larut dalam air, jadi dibuat dalam bentuk cream dengan menggunakan perpaduan minyak didalam air untuk mengurangi tegangan permukaan antara dua sifat yang tidak menyatu.
  2. Sediaan cream ini dibuat untuk semua kalangan pasien.
  1. Kenyamanan dan keefektivitas dalam pemakaian atau penggunaan dibanding bentuk sediaan lain. Misalnya bentuk salep yang kurang efektif dalam adsorbsi dibanding cream.

 

 

  1. Tinjauan formulasi
    1. Preformulasi
  • Asam stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari

lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam

heksadekanoat, C16H32O2 (Ditjen POM, 1979).

Asam lemak ini merupakan asam lemak jenuh, wujudnya padat pada suhu

ruang. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air

pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi

minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan

pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet (Anonim

a, 2010).

Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih

atau kuning pucat; mirip lemak lilin

Titik lebur : 540

Titik didih : 3840

Kelarutan : sangat sedikit larut dalam air; larut dalam alkohol; benzena

kloroform; aseton; karbon tetraklorida; karbon disulfida; amil

asetat dan toluen (Merck, 1976 ).

 

  • Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) (Handbook of Excipients 6th edition hal. 663)

Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.

Kelarutan : bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24, larut dalam kloroform, bercampur dengan etanol.

Konsentrasi : 2-4%

Kegunaan: Zat pengemulsi

OTT : akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi.

Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya.

 

  • Adeps lanae

 Adeps Lanae ( Farmakope Indonesia IV hal. 57)

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : tidak larut dalam, air dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.

Kegunaan : Emulsifying agent, basis salep.

OTT : dapat mengandung pro oksidan dan dapat mempengaruhi stabilitas.

Stabilitas : dapat mengalami autooksidasi selama penyimpanan. Untuk mencegah ditambahkan antioksidan.

Wadah dan penyimpanan : di tempat yang tertutup, terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering.

 

  • Parafin cair

Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI IV hlm. 652)

Pemerian                     : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak

berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin

dan berbau ketika dipanaskan.

Kelarutan                    : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.

Larut dalam jenis minyak lemak hangat.

Stabilitas                     : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.

Khasiat                        : Laksativ (pencahar)

Dosis                           : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)

HLB Butuh                 : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)

OTT                             : Dengan oksidator kuat.

Penyimpanan               : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.

 

  • Nipagin

Nipagin / Methylis Parabenum (Excipient Hal 441)

Rumus Molekul  :  C8H8O3

Berat Molekul    :  152,15

Pemerian            :  hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas.

Kelarutan           :  mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam 400 bagian air

OTT                    :  surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat

Kegunaan           :  antifungi

Konsentrasi        :  0.02–0.3% untuk topikal

 

  • Nipasol

 

Nipasol / Propylis Parabenum ( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 411 )

Pemerian                      : Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan                    : sukar larut dalam etanol ( 95 % ), mudah larut dalam air dan etanol 30 %

Konsentrasi                  : 0,01-0,6 %

OTT                             : surfaktan non-ionik

Kegunaan                    : pengawet

pH                                : stabil pada ph 3-6

Wadah &penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

 

  1. Formula standar

Tabel I. Formula dasar krim tipe minyak dalam air m/a (Anonim, 1971)

Bahan Dasar krim
Asam stearat 14,5 g
Trietanolamin 1,5 g
Adeps lanae 3 g
Parafin cair 25 g
Nipagin 0,1 g
Nipasol 0,05 g
Air suling hingga 100 mL

 

  1. Sediaan yang beredar

Mycospor : 1 gram krim mengandung 10 mg bifonazol, 1 ml cairan mengandung 10 mg bifonazol (mengadung alkohol). PT Bayer Indonesia

Canesten : Bifonazole 1% w/w. BAYER AUSTRALIA LTD

  1. Formula yang direncanakan

10 mg dalam 1gram cream, dirancang dengan membuat 10 gram cream dalam tube.

  1. Alasan pengambilan bahan

 

No Nama Zat Jumlah Alasan
1 BIFONAZOLE 10 mg/ ! gram zat aktif yang digunakan sebagai anti jamur spektrum yang luas dalam pengobatan yang efektif untuk kondisi kulit jamur seperti cacing cincin, atlet gatal, ragi
infeksi pada kulit, tinea dan kaki atlet dengan penggunaan satu hari.
2 Asam stearat pengemulsi, solubilizing agent. (1-20%)
3 Trietanolamin agen pengalkali,agen pengemulsi
4 Adeps lanae  zat pengikat.
5 Parafin cair
6 Nigapgin antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%
7 Nipasol
8 Air suling Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non-parenteral.

 

 

  1. Formula akhir
Bahan Dasar krim
Bufonazole 1 gram
Asam stearat 14,5 g
Trietanolamin 1,5 g
Adeps lanae 3 g
Parafin cair 25 g
Nipagin 0,1 g
Nipasol 0,05 g
Air suling hingga 100 mL

 

  1. Cara kerja

Cara pembuatan untuk dasar krim :

Semua bahan yang diperlukan ditimbang. Bahan-bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak (parafin cair, adeps lanae, asam stearat, nipasol) dan fase air (trietanolamin, nipagin). Setiap fase dipanaskan pada suhu 60 ͦC-70 ͦC ditangas air. Pindahkan fase minyak ke dalam lumpang panas dan tambahkan fase air aduk sampai dingin hingga terbentuk massa krim.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Etiket brosur
BIFPAN®

Bifonazole krim

 

Komposisi: 1 g krim mengandung 10 mg bifonazole.

Inidikasi : antijamur topikal untuk mengobati infeksi kulit seperti tinea, kaki Atlet, kurap dan kulit lainnya yang disebabkan oleh jamur dan ragi.

Dosis: sekali sehari pada malam hari. Oleskan tipis.

Efek samping : Kadang, reaksi kulit seperti kemerahan, terbakar, gatal, iritasi dan mengelupas dapat terjadi.

Kontra Indikasi : Hipersensiitif terhadap kandungan dalam obat ini.

Peringatan : Tidak dianjurkan untuk digunakan pada bayi kecuali di bawah pengawasan medis. Untuk pemakaian luar. Jangan gunakan di mata. Tanyakan apoteker atau dokter sebelum mengobati jika Anda sedang hamil atau menyusui.

Kemasan : Tube

Netto: 10 gram krim

No. Reg : DKL 1401701029A1

 

 

 

PT. Manurung Medica

Pekanbaru_Riau

Indonesi

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER

 

formulasi sediaan oral drops prazepam

PRAZEPAM

  1. Alasan pemilihan obat

Bentuk sediaan obat yang dipilih adalah oral drops prazepam

  • Pertimbangan farmasetika/biofarmasetika
  1. Prazepam bersifat praktis tidak larut dalam air, jadi dibuat dalam bentuk larutan oral drops dengan menggunakan supending agent untuk mengurangi tegangan permukaan antara dua sifat yang tidak menyatu.
  2. Sediaan oral drops ini dibuat untuk semua kalangan pasien. Karena larutan oral drops yang biru ditandai dengan rasa mint dan bau anethole.
  1. Kenyamanan dan keefektivitas dalam pemakaian atau penggunaan dibanding bentuk sediaan lain. Misalnya bentuk tablet hanya bisa digunakan oleh orang dewasa.

 

  • Pertimbangan farmakokinetik

Menurut penelitian Girre, et all. (1990) sifat obat penenang oral drops prazepam lebih besar dari prazepam tablet yang diberi dengan dosis yang sama. Karena obat tidak mengalami fase farmasetika dan langsung di absorbs oleh tubuh.

  • Pertimbangan farmakodinamik

Prazepam merangsang reseptor GABA dalam Ascending Reticular Activating system (ARAS) dari formasio retikularis bertanggungjawab untuk kesadaran dan bangun.

 

  1. Tinjauan kimia farmasi
    1. Monografi

Nama kimia : 7-Chloro-1-(cyclopropylmethyl)-1,3-dihydro-5-phenyl-1,3-2H-1,4-benzodiazepin-2-one   Formula molekul : C19H17ClN2O   Berat molekul : 324.8 Nomor CAS :2955-38-6 bentuk/sifat Kristal atau amorf : kristal putih sampai kuning terang atau serbuk kristal (Farmakope jepang).

titik leleh : 145-148 ° C (Farmakope jepang).

Octanol/water partition coeffcient (P): logP: 3.73 (Dollery et aL., 1991).

Salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh. Setelah obat sampai ke peredaran darah, obat harus menembus sejumlah sel untuk mencapai reseptor. Dimana koefisien partisi juga menentukan jaringan mana yang dapat dicapai oleh suatu senyawa. Senyawa yang sangat mudah larut dalam air (hidrofilik) tidak akan sanggup melewati membran lipid untuk mencapai organ yang kaya akan lipid, misalnya otak.

Kelarutan: praktis tidak larut dalam air ( 1g/>10.000 mL) tapi larut dalam asetat anhidrat, sedikit larut dalam etanol (99,5) dan dietil eter.

pKa: 3.06 (ChemAxon).

Nilai pka suatu obat tidak menjelaskan apapun, apakah suatu senyawa itu termasuk asam ataupun basa. Nilai Pka hanya merupakan negatif logaritma dari tetapan disosiasi, sehingga dapat mempunyai berbagai nilai. Nilai pKa dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah senyawa yang terionisasi dan tidak terionisasi. pH tempat absorbs < pKa obat, sehingga obat dalam bentuk tak terion akan lebih banyak jumlahnya, hal ini berarti obat yang mampu menembus membrane dan masuk ke sirkulasi akan lebih banyak.

 

  1. Identifikasi dan analisa obat dalam sediaan

identifikasi:

  • melarutkan 0,01 g prazepam di 3ml larutan asam sulfat, dan mengamati di bawah sinar ultraviolet (panjang gelombang utama: 365 nm): solusi menunjukkan fluoresensi biru keabu-abuan.
  • melarutkan 0,01 g prazepam di 1000mL larutan asam sulfat dalam etanol (99,5) (3 1000). Tentukan spektrum penyerapan solusi seperti yang diarahkan bawah spektrofotometri uv-terlihat, dan membandingkan spektrum dengan spektrum referensi: kedua spektrum menunjukkan intensitas yang sama penyerapan pada panjang gelombang yang sama.

melting point: 145 – 148 oC

identifikasi sediaan obat:

  • KLT

larutan 15 mg/ml prazepam dimasukkan ke dalam kloroforom, dikocok hingga memisah (± 1 menit) àdidapat filtrat.

Siapkan pelarut n-hexane, etil asetat dan asam asetat (17:2:1) didalam chamber. kemudian ditotolkan prazepam ke plat KLT dan masukkan ke dalam pelarut yang telah disiapkan. Lihat noda pada sinar uv.

  • titrasi asam basa:

pembakuan NaOH:

ditimbang 0,4 gram NaOH,  Dimasukkan kedalam labu volum dan ditambahkan aquades 100 mL,  Dikocok hingga homogen.

Ditimbang   asam oksalat 0,45 gram, Dilarutkan dengan aquades dalam labu volum 50 mL dan ditambahkan hingga batas akhir, Dikocok hingga homogen, Diambil larutan sebanyak 10 mL dengan pipet volum 10 mL, Dimasukan dalam labu erlenmayer, Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenol pthaelein (PP), Dititrasi dengan NaOH yang berada dalam buret, Dihentikan titrasi jika larutan yang mulanya tidak berwarna telah berubah merah muda, Dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.

Penetapan kadar prazepam:

Diambil 10 ml oral drops prazepam, dimasukkan ke erlemeyer.  Ditambah 2-3 tetes indikator PP,  Dititrasi menggunakan NaOH yang berada dalam buret yang telah dibakukan, Titrasi dihentikan jika larutan berubah menjadi merah muda, Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

  1. Farmakokinetik

Absorbsi / biotransformasi: Setelah diabsorbsi, prazepam praktis tidak ada diperoleh kembali dalam darah. Metabolit, diperoleh dengan transformasi enzimatik, yaitu N-desalkylprazepam. Ini bertanggung jawab untuk aktivitas farmakodinamik dari produk. N-desalkylprazepam sangat terikat pada protein plasma, fraksi bebas terhitung sekitar 3,5%. Konsentrasi puncak plasma dari metabolit ini dicapai setelah 4-6 jam, dan rata-rata waktu halflife adalah +/- 65 jam.

Rute eliminasi : Ekskresi metabolit ini terutama oleh ginjal rute dalam bentuk 3-hydroxyprazepam glukuronat dan oxazepam.

  1. Farmakodinamik obat

Indikasi: untuk mengobati gangguan kecemasan (anxiety disorders)

Mekanisme kerja : Prazepam merangsang reseptor GABA dalam ascending ctivating system. Karena GABA adalah penghambatan, stimulasi reseptor meningkatkan hambatan dan blok kedua kortikal dan limbik gairah setelah stimulasi pembentukan otak reticular batang .

Mekanisme kerja : Efek farmakologi dari prazepam terutama karena norprazepam , yang akan diubah pada pertama melewati hati . Oleh karena itu , obat memiliki aktivitas klinis mirip dengan benzodiazepin lainnya . Ini memiliki anxiolytic , sedatif , antikonvulsan dan sifat relaksan otot pusat.

Prazepam merupakan turunan benzodiazepin . Studi pada subjek normal menunjukkan bahwa prazepam telah depresan efek pada sistem saraf pusat . Benzodiazepin bertindak pada tingkat limbik , thalamic , dan daerah hipotalamus dari SSP dan dapat menghasilkan setiap tingkat depresi SSP diperlukan termasuk sedasi , hipnosis , relaksasi otot rangka , dan aktivitas antikonvulsan . Bukti terbaru menunjukkan bahwa benzodiazepin mengerahkan efek mereka melalui peningkatan asam gamma-aminobutyric ( GABA ) – benzodiazepine kompleks reseptor . GABA adalah neurotransmitter inhibisi yang diberikannya dampaknya pada subtipe reseptor spesifik yang telah ditentukan GABA – A dan GABA – B . GABA -A adalah subtipe reseptor utama dalam SSP dan diduga terlibat dalam tindakan anxiolytics dan obat penenang .

Benzodiazepine tertentu ( BNZ ) subtipe reseptor diperkirakan akan digabungkan ke reseptor GABA -A . Tiga jenis reseptor BNZ berada di SSP dan jaringan lain ; reseptor BNZ1 terletak di otak kecil dan korteks serebral , reseptor BNZ2 di korteks serebral dan sumsum tulang belakang , dan reseptor BNZ3 pada jaringan perifer . Aktivasi reseptor BNZ1 diperkirakan untuk menengahi tidur sementara reseptor BNZ2 mempengaruhi relaksasi otot , aktivitas antikonvulsan , koordinasi motorik , dan memori . Benzodiazepin mengikat nonspesifik ke BNZ1 dan BNZ2 yang akhirnya meningkatkan efek GABA . Tidak seperti barbiturat yang meningkatkan respon GABA dengan meningkatkan lamanya waktu saluran klorida terbuka , benzodiazepin meningkatkan efek GABA GABA dengan meningkatkan afinitas untuk reseptor GABA . Pengikatan GABA ke situs membuka saluran klorida menghasilkan membran sel hyperpolarized yang mencegah eksitasi lebih lanjut dari sel.

Efek samping : Efek samping dari prazepam yang umum dan mencakup: pusing mengantuk kelelahan kelemahan mulut kering diare perubahan perut selera Beritahu dokter jika ada gejala yang parah atau tidak pergi: kegelisahan atau kegembiraan sembelit kesulitan buang air kecil sering buang air kecil kabur perubahan visi seks drive atau kemampuan Jika Anda mengalami salah satu gejala berikut, segera hubungi dokter Anda: menyeret berjalan terus-menerus, tremor halus atau ketidakmampuan untuk duduk diam demam kesulitan bernapas atau menelan parah menguning ruam kulit dari kulit atau mata denyut jantung tidak teratur

Toksikologi : Gejala overdosis termasuk mengantuk, kebingungan, koma, dan refleks berkurang. Respirasi, denyut nadi dan tekanan darah harus dipantau.

Kontra indikasi :

Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan kejiwaan yang parah , depresi SSP atau koma , porfiria dan hipersensitivitas .

Kehamilan Kategori :

Kategori D : Ada bukti positif resiko janin manusia berdasarkan data reaksi yang merugikan dari pengalaman penelitian atau pemasaran atau studi pada manusia , tetapi potensi keuntungan dapat menjamin penggunaan obat pada ibu hamil meskipun potensi risiko

Peringatan dan Tindakan Pencegahan : Perhatian harus dilakukan pada pasien dengan riwayat peningkatan tekanan mata , kejang , paru-paru , jantung , atau penyakit hati , selama kehamilan dan menyusui .

Obat ini tidak boleh diambil selama lebih dari empat minggu; jika pasien menjadi pecandu obat ini .

Hindari konsumsi alkohol.

Hal itu dapat menyebabkan pusing atau mengantuk , tidak mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin saat mengambil obat ini .

Interaksi :

Cimetidine: Cimetidine dapat meningkatkan efek dari benzodiazepin, prazepam.

Clozapine: Peningkatan risiko toksisitas

Indinavir ini protease inhibitor, indinavir, dapat meningkatkan efek dari benzodiazepin, prazepam.

.Nelfinavir: The protease inhibitor, nelfinavir dapat meningkatkan efek dari benzodiazepin, prazepam.

Omeprazole: Omeprazole dapat meningkatkan efek dari benzodiazepin, prazepam.

Tipranavir: Tipranavir dapat menurunkan metabolisme dan pembersihan Prazepam. Pertimbangkan terapi alternatif atau memonitor efek toksik Prazepam jika Tipranavir dimulai atau dosis meningkat.

Triprolidin: The SSP depresan, triprolidin dan Prazepam, dapat meningkatkan merugikan / toksik efek karena aditivitas. Pantau peningkatan efek depresan SSP selama terapi bersamaan.

Vorikonazol: Vorikonazol dapat meningkatkan konsentrasi serum prazepam dengan menurunkan metabolisme. Pantau toksisitas prazepam jika vorikonazol dimulai atau dosis meningkat.

Posologi :

Dewasa:

Dosis yang dianjurkan harus 10-30 mg / hari , dan dosis yang lebih tinggi hingga 60 mg hanya untuk kondisi ansietas paling parah pada pasien kejiwaan.

Dosis ini dapat diberikan dalam satu atau beberapa dosis setiap 24 jam , misalnya:

a . ) dosis penuh pada malam hari atau

b . ) ¼ dari dosis di pagi hari , di tengah hari dan ¼ ½ pada malam hari atau

c . ) ½ dari dosis di pagi hari dan ½ di malam hari.

Pasien usia lanjut:

Pada pasien lanjut usia atau lemah , disarankan untuk memulai pengobatan dengan mg dosis prazepam 10 atau 15 ,

didistribusikan sepanjang hari , dan kemudian meningkatkannya jika perlu . Biasanya respon terapi

dapat diperoleh dengan setengah dosis ( lihat bagian 4.4 ) .

 

Remaja ( 12-17 tahun ):

Di bawah usia 18 tahun , disarankan untuk menyesuaikan dosis tergantung pada usia dan berat pasien dan tidak melebihi 1 mg per kg berat badan per hari .

 

Anak-anak .

Dosis untuk anak-anak < 16 thn : 7.80-9.00 mg prazepam/kg BB (Pulce, et all)

Untuk semua pasien:

Dalam beberapa kasus negara pasien kesehatan mungkin memerlukan administrasi jangka panjang . setiap kasus dimana benzodiazepin yang digunakan selama jangka waktu lama harus secara teratur kembali dievaluasi oleh dokter . Perhatian dianjurkan bila pengobatan dihentikan .

 

Penurunan dosis harus dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan ginjal atau ringan sampai sedang gangguan fungsi hati .

 

Durasi pengobatan.

Pengobatan harus sesingkat mungkin . kesehatan harus secara berkala dievaluasi kembali dan kebutuhan untuk perawatan lanjutan diperiksa kembali , terutama jika pasien tidak memiliki gejala. total durasi pengobatan biasanya harus tidak melebihi 8-12 minggu, termasuk fase penarikan dosis .

 

Dalam beberapa kasus , mungkin perlu untuk memperpanjang pengobatan di luar periode maksimum yang dianjurkan ; jika hal ini terjadi , negara pasien kesehatan harus dievaluasi ulang pertama oleh dokter .

 

Pengobatan harus dimulai minimal dosis yang dianjurkan . Dosis maksimum tidak boleh terlampaui.

 

  • Tinjauan formulasi
    1. Preformulasi
  1. Propylenglycol :

Propilen Glikol (FI, IV)

CH3CH(OH)CH2OH
1,2-propanadiol ( 57-55-6 )

Rumus molekul: C3H8O

BM: 76.09

Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99.5 % C3H8O2
Pemerian: Cairan kental, jernih, tidak berwarna;rasa khas;praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, da dengan kloroform; larut dalam eter dan beberapa minyak esensial;tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Bobot jenis <981> Antara 1,035 dan 1,037.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detector konduktivitas panas, dan kolom 1 m x 4 mm berisi bahan pengisi 5% G16 pada partikel penyangga S5. Suhu injector dan defector, berturut-turut 240o, 250o, dan kenaikan suhu kolom diatur rata-rata 5o per menit mulai dari 120o hingga 200o; gunakan helium P sebagai gas pembawa. Waktu retensi untuk propilen glikol lebih kurang 5,7 menit dan untuk ke 3 isomer dipropilen glikol, jika ada, berturut-turut lebih kurang 8,2 menit, 9,0 menit, dan 10,2 menit.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

  1. Diethylene glycol monoethyl ether

Nama kimia: Diethylene glycol monomethyl ether

nama lain: 2-(2-Methoxyethoxy)ethanol; Methoxydiglycol; 2,2’-oxybis-ethanol monoethyl ether; Poly-solv DGME

CAS Number: 111-77-3

Rumus molekul : C 6 H 14 O 3

Kelarutan Air: dapat larut dalam semua prop

Stabilitas: Stabil. Mudah terbakar. Catatan batas ledakan lebar. Tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat, asam kuat, asam klorida, asam anhidrida. Higroskopis.

Berat Molekul: 134.1736

Penampilan: cairan tak berwarna

Melting Point: -76 C

Titik didih: 202 C

Densitas Uap: 4.64 (udara = 1)

  1. Sodium saccharin (martindale)

Chem. Abstr. Serv. Reg. No.: 128-44-9

Deleted CAS Reg. No.: 38279-26-4

Chem. Abstr. Name: 1,2-Benzisothiazol-3(2H)-one, 1,1-dioxide, sodium salt

IUPAC Systematic Name: 1,2-Benzisothiazolin-3-one, 1,1-dioxide, sodium salt

Synonyms: ortho-Benzoylsulfimide sodium salt; saccharin sodium; saccharin sodium salt; saccharin soluble; sodium ortho-benzosulfimide; sodium saccharide; sodium saccharinate; sodium saccharine; soluble saccharin

  1. Polysorbate 80

Nama IUPAC

Polioksietilena (20) sorbitan monooleat

Nama lain

Alkest TW 80
Tween 80

Identifier
Nomor CAS 9005-65-6
ChEMBL CHEMBL1697847
Nomor RTECS WG2932500
Properti
Rumus molekul 64 H 124 O 26
Massa molar 1.310 g / mol
Penampilan Cairan kental berwarna kuning
Kepadatan 1,06-1,09 g / mL, cairan berminyak
Titik didih > 100 ° C
Kelarutandalam air Sangat larut
Daya larutdalam pelarut lain larut dalam etanol, minyak biji kapas, minyak jagung, etil asetat, metanol, toluen

nonionik surfaktan dan emulsifier sering digunakan dalam makanan dan kosmetik. Senyawa sintetis ini adalah, cairan kuning kental yang larut dalam air.

  1. Menthol

 

  1. Anethol

IUPAC name: (E)-1-Methoxy-4-(1-propenyl)benzene

Nama lain: para-mMethoxyphenylpropene, p-Propenylanisole, Isoestragole
trans-1-Methoxy-4-(prop-1-enyl)benzene.

CAS number: 104-46-1 

Molecular formula C10H12O
Molar mass 148.20 g mol−1
Density 0.998 g/cm3
Melting point 20 to 21 °C (68 to 70 °F; 293 to 294 K)
Boiling point 234 °C; 81 °C at 2 mmHg

 

Anetol adalah suatu senyawa organik yang luas digunakan sebagai bahan perasa. Struktur kimia senyawa ini merupakan turunan dari kelompok senyawa fenilpropena, suatu jenis senyawa aromatik yang banyak terdapat dari sumber alami, yaitu di dalam minyak esensial. Senyawa ini memiliki rasa yang khusus dan berasal dari tanaman anisa dan fenel

  1. E 131 patent blue V

 

Sinonim: Food Blue 5Sulphan Blue, Acid Blue 3, L-Blau 3, C-Blau 20, E 131, Patentblau V, or Cl 42051

CAS number is 3536-49-0

Structure dasar: CCN(CC)c1ccc(cc1)C(=C2C=CC(C=C2)=[N+](CC)CC)c3cc(O)c(OS([O-])=O)cc3O S([O-])=O.

Sebagai aditif makanan , yang memiliki nomor E E131.

Dari natrium atau garam kalsium dari [4 – (α-(4-diethylaminophenyl)-5-hidroksi-2,4-disulfophenylmethylidene) -2,5 cyclohexadien-1-ylidene] dietilamonium hidroksida garam batin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Formulasi standar

 

No BAHAN

TAMBAHAN

% Fungsi
1 Propylenglycol 5 pembasah
2 Diethylene glycol monoethyl ether 25 pembasah
3 Sodium saccharin 5 pemanis
4 Polysorbate 80 1 Suspending agent
Menthol 0,5 perasa
6 Anethol 0,5 aroma
7 E 131 patent blue V 8,5 perawarna
8 Nipagin 1 pengawet
9 Asam sitrat 1 buffer

 

  1. Sediaan yang beredar
No Nama merek dan nama pabrik Bentuk sediaan yang diproduksi Kekuatan sediaan
1. Centrax Kapsul 5 mg, 10 mg
2 Dementrin Tablet 10 mg
3 Lysanxia (pfizer) Tablet 10 mg
4 Prazepam EG Oral drops / tablet 15 mg/mL / 10 mg
5 Equipax Tablet 5 mg
6 Ativan Tablet 10 mg

 

 

  1. Formula yang direncanakan

Sediaan oral drops 15 mg/mL dalam 30 mL

  1. Alasan pengambilan bahan

Propylenglycol dan Diethylene glycol monoethyl ether : sebagai zat basah yang sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka partikel padat dan cairan pembawa. Zat-zat hidrofilik (sukar pelarut) dapat dibasahi dengan mudah oleh air atau cairan-cairan polar lainnya sehingga dapat meningkatkan viskositas suspensi. Sedangkan zat-zat hidrofobik (tidak sukar pelarut) menolak air, tetapi dapat dibasahi oleh cairan- cairan nonpolar. Zat pada hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi suspensi tanpa zat pembasah.

 

Sodium saccharin : sebagai pemanis yang baik untuk diet. Selain itu sodium saccharin juga mudah diserap oleh tubuh dan dapat memberikan tambahan kalori untuk energi pada tubuh.

Polysorbate 80 : suspending agent yang dapat memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat padat yang tidak larut dalam medium pendispersi.

Menthol : sebagai perasa agar enak dimulut.

Anethol : pewangi dan pengaroma, agar menarik.

E 131 patent blue V : sebagai pewarna yang banyak didapatkan dari makanan, agar sediaan terlihat menarik.

Nipagin: Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme spektrum luas. Pengawet harus stabil secara fisika, kimia dan mikribiologis selama masa berlaku produk tersebut. Pengawet tidak toksis, mensesitasi, larut dengan memadai, dapat bercampur dengm komponen-komponen formulasi lain dan dapat diterima dilihat dari rasa dan bau pada konsentrasi yang digunakan.

Asam sitrat: Digunakan sebagi buffer untuk mempertahankan PH sediaan suspensi

  1. Formula akhir
No ZAT AKTIF Tiap ml mengandung

(mg)

30 ml

(mg)

1 prazepam 15 mg 450
BAHAN

TAMBAHAN

2 Propylenglycol 0,05 0,15
3 Diethylene glycol monoethyl ether 0,25 7,5
4 Sodium saccharin 0,05 0,15
5 Polysorbate 80 0,01 0,3
6 menthol 0,005 0,15
7 Anethol 0,005 0,15
8 E 131 patentblue V 0,085 2,55
9 Nipagin 0,01 0.03
10 Asam sitrat 0,01 0,03

 

 

 

 

 

 

  1. Cara kerja

Skala laboratorium:

Trial Skala pilot:

  1. Gunakan aqua demineralisata ( sebagai pembawa ) yang sudah dididihkan selama 15 menit untuk seluruh proses
  2. Bahan aktif dan eksipien ditimbang
  3. Tampung dalam wadah bersih zat aktif ( bila menggumpal ayak melalui mesh 30)
  4. Jika menggunakan pembasah, tambahkan pembasah ke dalam zat aktif, aduk hingga homogen dalam ultra turax. Tambahkan aqua demineralisata matang (30-35oC) sedikit demi sedikit aduk kemudian coloid mill hingga suspensi halus sampai terbentuk masa yang cukup basah
  5. Dalam wadah bersih kembangkan suspending agen dan tambahkan pengawet
  6. Dalam wadah steam double jacketed, larutkan ekxipien lain kecuali flavour dalam wadah beberapa aqua demineralisata. Aduk sampai larut, biarkan memdidih selama 1 menit, lewatkan melalui saringan mesh 100 tampung dalam wadah bersih
  7. Tuangkan setengah bagian larutan (5) ke dalam (6)
  8. Lalu masukkan lagi ¼ bagan (5) ke dalam (6) lalu aduk.
  9. Campur (3) ke dalam yang tersisa dari (5), panaskan pada temperature 90-95% selama 30 menit sambil di stirer, dinginkan sampai temperature 40oC
  10. Larutkan flavour dalam pelarut yang sesuai aduk selama 15 menit sampai homogen.
  11. Suspensi masukkan ke dalam masing-masing botol yang telah disiapkan.
  12. Botol diberi etiket.

 

Aspek uu:

Psikotropika menurut Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,  yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.”

Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

Menurut Pasal 4 UU ini, psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau ilmu pengetahuan. Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.  Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang.

Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu:

–     Psikotropika golongan I

–     Psikotropika golongan II,

–     Psikotropika golongan III dan

–     Psikotropika golongan IV.

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika golongan I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik golongan  II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.

Psikotropika apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, maka dapat dikelompokkan menjadi:

–     Depresant yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat (Psikotropika golongan 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).

–     Stimulant yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.

–     Hallusinogen yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.

 

 

 

 

 

Daftar pustaka

Dios-Vieitez, MC,. Renedo, MJ,. Fos, D. 1991. Pharmacokinetic profiles of prazepam and 14C-prazepam in rat. Eur J Drug Metab Pharmacokinet; Spec No 3:3-8.

Anonim. 2005. European Pharmacopoeia.

Girre CBertaux LDussaucy EBonnet DPalombo SFournier PE.1990. Comparison of the effect of two prazepam formulations on psychomotor and cognitive function in healthy volunteers. International Clinical Psychopharmacology [1990, 5(1):57-64]

Pulce, C,. Mollon, P,. Pham E., Frantz, P,. Descotes, J. 1992. Acute poisonings with ethyle loflazepate, flunitrazepam, prazepam and triazolam in children.Vet Hum Toxicol. Apr;34(2):141-3.

Drugs. Prazepam. http://www.drugs.com/international/prazepam.html. [Acc date: 16 Mei 2014]

pubChem. Prazepam. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary. cgi?cid=4890. [Acc date: 16 Mei 2014]

Chemaxon. Prazepam calculator pka. http://www.chemaxon.com/products/calculator-plugins/property-predictors/#pka. [Acc date: 16 Mei 2014]

http://www.vcclab.org/lab/alogps/.

Medicines. Centrax. http://www.medicines.ie/medicine/6242/SPC/CENTRAX+ Tablets/. [Acc date: 16 Mei 2014]

Townsend., mary. 1995. Drug guide for psychiatric nursing, Ed.2. F.A. Davis. Philadelphia.

Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 712

 

Ginjal terhadap Urium, Ginjal terhadap Diabetes Mellitus, Ginjal terhadap Hati

Gangguan ginjal terhadap Urium.

Pasien gagal ginjal akan meningkatkan kreatinin dan urea (urium) yang menyebabkan terganggu saluran pencernaan, urium ini dibentuk dari metabolisme protein dihati. jika kadarnya tinggi maka lambung akan rusak, maka beri Ranitidin, Lansoprazole, Omeprazole. Ranitidin diberikan sesudah makan.

Ciri-ciri lambung terganggu pada pasien yang ureum tinggi:

  1. cegukan
  2. mual, muntah

Obat muntah yang mempengaruhi SSP yaitu Domperidon, metoklorpramid, ondeserton diberikan 1/2 jam sebelum makan. Jika tidak ada domperidon maka prinperan tapi efek samping prenperan ekstra pramidal (gangguan kejang), makanya pemilihan obat yang baik diberikan ondeserton.

Rumus untuk melihat serum kreatinin dengan metode Blood con-corf:

             = ( 140 – umur ) x BB

               72 x serum kreatinin

contoh: pasien data serum kreatinin 0,8, BB70, umur 60thn

CCl (Creatinin Clirens) = (140 – 60 ) x 70 = 97,22 mL/menit

                                          72 x 0,8

% fungsi ginjal = 97,22 / 120 x 100% =81%

jika pasien wanita maka hasil CCl diatas x 0,85

 

Gangguan Ginjal terhadap Diabetes Mellitus

Dicek kadar glukosa puasa lebih dari 150 mg/dL. Jika pasien hipertensi dan DM maka TD harus <130/90 mmhg jika tidak maka ginjal akan bocor.

untuk pasien dengan komplikasi in:

  • obat hipertensi harus ditingkatkan dosisnya
  • beri obat DM yang tidak dieksresi diginjal seperti; Glucodex (glikuidon gol. sulfonilurea) yang dieksresi difeses. Biasanya obat DM t1/2 pendek diberikan karena kalau t1/2 lama takut terjadi hipoglikemia akibat ginjal nya yang mudah rusak. contoh; glipizid, glimepirid (diberikan 1/2 jam sebelum makan).

 

Gangguan Ginjal terhadap Hati

penyakit hati hepatitis, sirosis

Gejala biasanya kembung, sama dengan dismolitas (gerakan lambung lambat) jadi penuh rasa perut, ada rasa nyeri.

pada gangguan hati  SGPT meningkat 2-3 kali lipat dari nilai normal 5-25 U/I. nilai normal SGOT 5-17 U/I. jika nilai SGPT tidak meningkat maka mungkin sakit magh.

obat untuk dismolitas; displatis, enzim-enzim, atau ranitidin.

Penyakit jantung, lambung dan hati saling terkait.

Contoh soal: pasien kolesterol tinggi, TD tinggi, SGPT tinggi. didiagnosa sakit hati (hepatitis) dan kolesterol

maka pada penanganannya diobati dulu hatinya, karena obat hipertensi atau kolesterol seperti simvastatin dimetabolisme dihati, jadi dilakukan diet lemak dulu untuk mengobati hipertensi akibat kolesterol.

obat hati: curcuma, hepapro (hepaprotektor)

untuk lambung: displatil, ranitidin

Ginjal terhadap penyakit CHF

sekarang membahas tentang penyakit ginjal terhadap penyakit CHF (Congestive Heart Failure), dimana CHF ini merupakan keadaan jantung yang kemampuan dalam memompa darah lemah.

Faktor CHF;

  1. penyakit jantung
  2. elektrolit kurang
  3. usia lanjut (Lansia)
  4. penyakit tertentu.

Mulanya tekanan darah tinggi, jantung membengkak pada ventrikel kiri hingga elastisitas berkurang (hipertropi). Pada Lansia tekanan darah 140 mmhg wajar tapi jika 170 mmhg baru hal ini dikatakan URGENT.

Pompa lambat tapi TD (tekanan darah) tinggi hal ini karena; Hukum homeostatis, yaitu tinggi rendah TD tergantung dari renin. karena jantung lambat memompa hingga merangsang renin yang bertugas dalam menyeimbangkan tekanan darah untuk menghasilkan angiotensin II, maka terjadilah TD tinggi.

Ciri-ciri hipertropi kiri yaitu sesak nafas, sedangkan hipertropi kanan maka terjadi udem.

pasien kardiak ini terjadi takikardia jantung terlalu cepat memompa:

  • tensi tinggi
  • denyut jantung tinggi
  • jantung melemah
  • pembuluh darah menyempit -> perlu vasodilator atau tidak?

Pada CHF supley oksigen berkurang dan susah untuk melakukan pekerjaan yang berat. Pada CHF ini 1. sistem saraf adrenergik (yang merupakan komple santori) naik akibat melemah kontaksi jantung dan TD tinggi, 2. RAA; Renin Angiotensin Aldosteron hingga jantung cepat dan TD tinggi.

gejala gagal jantung kiri:

  • sesak nafas, tersengal saat beraktivitas berat, lemah, cepat lelah, terbangun saat malam hari karena batuk dan sesak nafas
  • pada pemeriksaan fisik terjadi pembesaran jantung, takikardia, nafas cepat

gagal jantung kanan:

  • badan lemah, pembengkakan kaki, nafsu makan berkurang dan perut kembung
  • pada pemeriksaan fisik didapat pembengkakan jantung sebelah kanan.

terapi farmakologis:

1. first line terapi

  • ACE inhibitor (katropil)
  • glikosida jantung (digoksin)
  • beta bloker (bisoprolol, metaprolol)
  • diuretik (furosemid, spirinolakton, torsemid)

2. terapi lain

  • antagonis aldosteron 
  • ARB (losartan, candesartan)
  • Nitrat dan hidralazin (ISDN + hidralazin)

3. terapi untuk gagal jantung lanjut/dekompensasi

  • diuretik
  • agen inotropik positif (dobutamin, dopamin, vasodilator spt; nitroprusida, nitrogliserin, prazosin)

Pada penderita kardiovaskular (yang fungsi jantung 60%):

  1. beri obat antihipertensi; karena tensi tinggi, dirontgen jantung membengkak. Hipertensinya diobati dengan obat seperti catropril (vasodilator) inhibitor ACE yang masuk harus bayak dan yang dipompakan juga harus banyak. hingga melebarkan pembuluh darah diarteriol.
  2. Mengurangi volume darah -> diuretik. Tapi orang gagal ginjal K+ berlebih jadi kita harus memilih diuretik boros Kalium (Furosemid, Torasemid) . Jika pasien tidak gagal ginjal maka baru beri yang hemat kalium (HCT, Kloriazid, spironolakton,triamteren). 
  3. ARB (angiotensin II Reseptor Bloker): Losartan, vasartan, candesartan. Obat ini diberikan jika akibat efek samping dari obat gol inhibitor ACE (kaptropil) yang menyebabkan batuk dan orang pada CHF tidak boleh batuk karena dia kekurangan O2
  4. jika TD tetap tinggi maka bisa diberi amlodipin
  5. dogoksin untuk CHF tahap 3

 

pada CHF fungsi jantung makin menurun, Pengobatan/penatalaksanaan:

  1. Katropil: menurunkan TD meningkatkan angiotensin II yang merupakan inhibitor ACE, merelaksasi jantung. Jika ACE inhibitor menyebabkan batuk, ganti dengan ARB valsatan.
  2. Diuretik agar kalium keluar dan menurunkan TD. Diuretik boros kalium (furosemid 40 mg 2-/hr jika pasien bisa jalan, atau 1x/hr pada pagi hari)
  3. Digoksin 0,1-0,5 mg: jika perlu akibat CHF parah.

jika hipertensi berat tambah dengan obat antihipertensi lain. angiotensi kalsium (CCB, Ca Chanal bloker) amlodipin yang diabsorbsi baik. Antagonis kalsium tidak menurunkan TD secara cepat jika cepat akan menyebabkan hipostatis yang menyebabkan pingsan. jadi Amlodipin diberikan 1x/hr.

 

 

 

GINJAL

Ginjal berfungsi untuk :

  1. Reabsorbsi / penyaringan
  2. keseimbangan elektrolit
  3. menghasilkan darah eritrosit, Hb. Pada mitokondria ada eritropoitin yang merangsang sumsum tulang.
  4. mengatur pH darah : Phosfat [pH darah 7,4].

Ginjal berguna untuk penyaringan –> Eksresi:

  1. Air
  2. Sampah-sampah hasil metabolisme
  3. kreatinin : nilai normal kreatinin (P) 0,7-1,1 dan (W) 0,6-1. jika nilai kreatinin didapat 1,3 maka ada gangguan ringan tapi nilai ini nilai bias yang bisa terbentuk akibat kurangnya minum.
  4. urium : nilai normal (P) 20-40 dan (W) 10-50. urium terbentuk akibat banyak gerak, banyak makan protein.
  5. asam urat
  6. elektrolit : Kalium, Magnesium, Natrium, Calsium, Gluko.

Kalium, Natrium, Calsium berguna untuk mengkontraksi otot-otot.

  • Kalium 3,5-5 meq/L
  • Natrium 139-145 meq/L
  • Calsium 9-11mg/dL

*Tubulus Proksimal bermasalah jika urin yang keluar nilainya berkurang.

*Hb nilainya tinggi jika sering donor darah. nilai Hb paling tinggi 14-18

*Korteks ginjal menghasilkan; 1. Hormon Steroid (kortison dan hidrokortison). 2. Estrogen dan testosteron [jadi testosteron ada pada wanita juga hingga ada penyakit insutisme yaitu wanita kelebihan testosteron jadisuaranya menjadi besar atau parau, berbulu banyak dan menstidak teratus]

*Medula ginjal berguna menghasilkan hormon Ephinefrin. jika ginjal terganggu maka ephineprin tinggi hingga pompa jantung tinggi. sedangkan Norephinefrin ada pada saraf.

*Renin tinggi diginjal jika mengonsumsi garam berlebih. Renin menghasilkan Antagonis II yang mempengaruhi tekanan darah (TD) (menjaga). Garam rendah maka Renin akan rendah hingga angiotensin II rendah hingga TD rendah.

*pH ginjal yaitu 6,6, untuk menjaga pH yang mendekati normal ini dengan banyak mengonsumsi air minum. karena jika terlalu asam atau basa pH ginjal akan terjadi pengendapan. jika basa: batu Kalsium jika asam: batu Magnesium. Batu ginjal terjadi akibat rusaknya prerenal dan postrenal diginjal hingga filtrasi tidak terjadi.

Darah 100 cc diambil, dicek:

Hati menghasilkan:

  1. Protein (kadar protein dalam darah 8 gram/100 cc) -> hasil samping urin.
  2. albumin : 3,8-5 dan 3,5-5
  3. globulin 1,3-2,7

Normal Albumin lebih tinggi dari globulin. jika hati rusak maka darar Albumin rendah 3,8 dan globulin lebih tinggi dari nilai albumin.

jika hati normal maka urin akan normal.

kreatinin merupakan indikator fungsi ginjal,

sehari-hari didalam glomerulus sebagian ditarik dan kelebihan dari reabsorbsi di filtrasi keluar. Jika tidak terjadi reabsorbsi ditubulus proksimal maka tubuh akan kekurangan elektrilit. jika hasil filtrasi yang didapat:

Albumin memiliki BM yang tinggi dan rendah jadi kadang albumin keluar dalam urin dalam jumlah sedikit.

Globulin memiliki BM tinggi jika keluar maka terjadi kesalahan dalam ginjal.

Darah memiliki BM yang tinggi juga jadi jika keluar maka terjadi kerusakan pada ginjal.

 

Kita lihat kegunaan elektrolit bagi otot khususnya otot jantung:

  1. K+ harus stabil didalam sel :jika K tinggi maka pompa jantung tinggi. reaksi depolarisasi dan kontraksi meningkat. jika K terlalu tinggi maka terjadi takikardia (jantung berdetak terlalu kencang)
  2. Ca2+ tinggi tidak menjamin kencangnya kerja jantung. karena Ca2+ bergantung pada Chanal Ca2+. jika tidak bisa berikatan maka terjadi kelemahan jantung, dan sebaliknya jika bisa berikatan maka jantung dapat berdetak. Ada obat antihipertensi golongan Ca Chanal Bloker yang menghambat Chanal Ca2+ untuk menurunkan potensi terikatnya Ca2+ dan masuk dalam sel. jadi denyut jantung tidak tinggi. jika Ca2+ dijantung keluar-masuk maka berarti Chanalnya yang rusak yang mengakibatkan jantung tidak normal. contoh obat Ca Chanal bloker (CCB) yang sering digunakan yaitu Nifedipin, Diltiazem, Amlodipin, Verapamil. Reseptor Ca Chanal ini berda di jantung (L) dan di pankreas (E). jadi jika seorang memiliki sakit hipertensi dan juga  Diabetes mellitus maka tidak boleh diberikan obat CCB karena obat ini dapat menghalang reseptor Ca2+ pada sel beta pankreas untuk berikatan dengan Ca2+ untuk merangsang granula yang berisi insulin.

 

Gangguan Ginjal : Akut dan Kronis.

  • akut terjadi karena bahan-bahan kimia seperti; Gentamisin (Gol. aminoglikosida)
  • elektrolit berkurang karena mencret (diare). bisa gagal ginjal akut ringan.
  • infeksi : glomerulus nefrotitis sering terjadi pada wanita. ciri-cirinya urin agak kepink-pingan, ada mikroba, leukosit lebih tinggi dari nilai normal (1-3), setelah diperiksa ternyata sel epitel le[as (pada glomerulus).

pengobatab untuk infeksi ini biasanya diberikan antibiotik berdasarkan pemeriksaan kultur, tidak boleh asal karena pada ginjal infeksi ini rawan. biasanya bakteri gram (+). obat bakteri gram (+); Amoksisilin, Ciprofloksasin. Ceftriason.

  • ginjal terjadi radang pada glomerulus hingga terjadi penyempitan diruang urinarius . biasanya akibat infeksi atau imunologi (jika antibodi meningkat pada tubuh jadi tubuh yang dimakan oleh antibodi) dapat dilihat dari histologi.
  • tensi tinggi maka ginjal bocor –> sindrom nefrotitis. nilai Albumin berkurang dalam darah akibat bocor hingga terjadi udem (bengkak).
  • urin berbusa maka itu terjadi kebocoran pada ginjal atau akibat kelebihan lipid.
  • pembentukan batu ginjal akibat pH. Kalsifikasi: batu ginjal yang kecil, biasanya diobati dengan obat herbal saja. akan tetapi jika batu ginjal yang permanen harus ditembak atau dilaser, atau dioperasi.

 

 

Analisa darah

 

I.          Pemeriksaan darah

Pemeriksaan golongan darah

Ada berbagai macam penggolongan darah, namun yang akan kita praktikkan pada kesempatan ini adalah penetapan sistem golongan darah ABO.

Tanpa melihat subgroup ada 4 macam golongan darah, yaitu:

  1. A: eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti B
  2. B: eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti A
  3. O: eritrosit tak mengandung aglutinogen dan serum mengandung aglutinin anti A dan anti B
  4. AB: eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, sedangkan serum tidak mengandung aglutinin

 

Penggolongan darah menurut sistem ABO

 

Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula penetapan agglutinin dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua penetapan yaitu aglutinogen dan agglutinin.

  1. Taruh di bagian kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian kanan 1 tetes serum anti B
  2. Tambahkan 1 tetes kecil darah pada serum, kemudian campurlah dengan ujung lidi
  3. Goyangkan object glass dengan gerakan melingkar
  4. Perhatikan aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan menggunakan mikroskop.

Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)

Cara pemeriksaan kadar Hb yang lazim digunakan adalah cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual.

  1. Cara fotoelektrik

Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin-sianida) dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kalium sianida. Larutan Drabkin mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Cara ini tidak kita bahas lebih lanjut, yang jelas cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin karena memiliki akurasi yang sangat tinggi.

  1. Cara kolorimetrik visual (cara Sahli)

Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian warna ini dibandingkan dengan warna standar secara visual. Langkah-langkah pemeriksaan dengan cara Sahli yaitu:

  1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer
  2. Isap darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA atau oksalat dengan menggunakan pipet Hb sampai tanda 20 μL tanpa terputus
  3. Hapuslah darah diluar ujung pipet
  4. Segera alirkan darah ke dasar tabung, jangan sampai ada gelembung udara
  5. Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah
  6. Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan tambahkan setetes demi setetes aquades.
  7. Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benar-benar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung.

Penghitungan sel-sel darah

Lekosit, eritrosit dan trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada laboratorium besar, penghitungan dilakukan secara elektronik dan pengenceran otomatis sehingga memberikan hasil yang sangat akurat. Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain itu, masih ada cara manual yang tetap diperlukan hingga saat ini yaitu menggunakan pipet dan kamar hitung.

Penghitungan lekosit

Untuk menghitung lekosit, darah diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Turk. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah:

  1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
  2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet
  3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung udara
  4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
  5. Kocok selama 15-30 detik
  6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja
  7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
  8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
  9. Biarkan 2-3 menit supaya lekosit mengendap
  10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus dirahkan ke garis-garis bagi.
  11. Hitunglah lekosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.
  12. Jumlah lekosit per μL darah adalah: jumlah sel X 50.

Penghitungan eritrosit

Untuk menghitung eritrosit, darah diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah:

  1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
  2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet
  3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem dengan sudut 45o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan sampai ada gelembung udara
  4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
  5. Kocok selama 15-30 detik
  6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja
  7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
  8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
  9. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap
  10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garis-garis bagi dalam bidang besar yang tengah.
  11. Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.
  12. Jumlah lekosit per μL darah adalah: jumlah sel X 10000

 

Penghitungan lekosit dan eritrosit

(lingkaran besar: daerah penghitungan lekosit, lingkaran kecil: daerah penghitungan eritrosit)

 

Penghitungan trombosit

Ada 2 cara penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung, darah diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah:

  1. Hisap cairan Rees Ecker sampai tanda “1” dan buang lagi cairan tersebut
  2. Hisap darah sampai tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok selama 3 menit
  3. Lanjutkan langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit
  4. Biarkan kamar hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya trombosit mengandap
  5. Hitunglah trombosit dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar
  6. Jumlah trombosit per μL darah adalah: jumlah trombosit x 2000.

Sediaan hapusan darah

Sediaan hapusan darah penting untuk pemeriksaan keadaan trombosit, keadaan eritrosit dan keadaan lekosit. Cara membuat sediaan hapusan darah dapat menggunakan kaca obyek dan menggunakan kaca penutup. Dalam kuliah ini hanya kita bahas cara yang pertama saja yaitu:

  1. Sentuhlah setetes kecil darah (diameter maksimal 2 mm) kira-kira 2 cm dari tepi kaca obyek. Darah yang dipakai adalah darah kapiler, darah heparin atau darah EDTA.
  2. Letakkan kaca obyek dengan darah di sebelah kanan
  3. Dengan tangan kanan, letakkan kaca obyek lain di kiri tetes darah, lalu gerakkan ke kanan sampai menyentuh darah
  4. Tunggu darah menyebar sampai ½ cm dari sudut kaca penggese
  5. Geser kaca ke kiri dengan sudut 30-45o, jangan menekan ke bawah
  6. Biarkan sediaan mengering di udara
  7. Tulis nama klien dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal

 

Pembuatan apusan darah dengan menggunakan kaca obyek

Setelah hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa. Teknik pewarnaan tidak perlu dibahas dalam kuliah ini. Dengan pewarnaan maka keadaan sel-sel darah akan terlihat jelas di bawah mikroskop.

     

Hasil Pewarnaan Giemsa                                                   Hasil Pewarnaan Wright

 

Pemeriksaan darah untuk HIV

Untuk kasus HIV, pemeriksaan darah yang diperlukan adalah ELISA. Pemeriksa ELISA dilakukan secara langsung dan secara tak langsung.

Pemeriksaan ELISA secara langsung

Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah:

  1. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
  2. Sampel darah dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi
  3. Enzyme-linked antibody spesific untuk menguji antigen ditambahkan dan mengikat antigen, membentuk sandwich
  4. Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna

Pemeriksaan ELISA secara tak langsung

Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah:

  1. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
  2. Antiserum pasien dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi
  3. Enzyme-linked anti HISG ditambahkan dan mengikat antibodi
  4. Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna

 

Lempeng ELISA

 

Pemeriksaan ELISA secara langsung dan tidak langsung

 

Diagnosa Diabetes Mellitus

Cara yang paling umum dipakai untuk mendiagnosis penyakit diabetes adalah dengan menentukan :

1.  Kadar Glukosa Plasma Puasa

            Sampel pemeriksaan kadar glukosa puasa baiknya diambil pada pagi hari sesudah puasa semalam. Kadar glukosa darah puasa sewaktu pagi normalnya 80 – 90 mg/dL. Bila kadar glukosa darah plasma puasa di atas 140 mg/dL pada lebih dari satu kali pemeriksaan maka dapat dikatakan pasien menderita diabetes mellitus (Jhon & Porsham, 2001).

2.  Uji Toleransi Glukosa

            Jika hasil pemeriksaan kadar glukosa darah meragukan (120 – 140 mg/dL) maka perlu dilakukn uji toleransi glukosa untuk memastikan diabetes mellitus. Tes ini dilakukan apabila pasien tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan, tidak dibebani stres dan puasa semalam selama 10 – 12 jam. Tes toleransi oral dilakukan setelah pemberian beban glukosa 75 g untuk orang dewasa, 1,75 g glukosa per kg BB untuk anak-anak. Pada orang normal selanjutnya terjadi peningkatan kadar gula darah menjadi 120 – 140 mg/dL dan dalam waktu kira-kira 2 jam, kadar ini menurun lagi menjadi normal. Sedangkan pada penderita diabetes mellitus, konsentrasi kadar gula darah puasa hampir selalu diatas 120 mg/dL dan sering diatas 140 mg/dL dan mencapai lebih dari 200 mg/dL setelah 2 jam  (Jhon & Porsham, 2001).

 

 

 

II.        Pemeriksaan serum

Albumin

Prinsip uji:

Albumin merupakam komponen protein, membentuk lebih dari separuh protein plasma. Albumin disintesis oleh hati. Protein ini dapat meningkatkan tekanan osmotik (tekanan ankotik), yang penting untuk mempertahankan cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema.

Tujuan:

Untuk mendeteksi kekurangan albumin

Prosedur:

  • Tampung 3-5 mL darah vena dalam tabung bertutup merah
  • Tidak ada pembatasan makanan atau minuman.

Aldolase (ALD)

Prisip uji:

Aldolase merupakan enzim yang jumlah terbesarnya dapat ditemukan dalam otot rangka dan otot jantung. Enzim ini di gunakan untuk memantau penyakit otot rangka, misalnya distropi otot, dermatomiositis dan trikinasis. Pada penyakit otot yang bersumber dari sistem saraf, kadar enzim ini tidak meningkat, misalnya pad penyakit siklirosis multiple, polio, meilitis dan miastenia grafis.

Tujuan:

Untuk membantu mendiagnosa penyakit otot rangka, misalnya distropi otot.

Prosedur:

  • Tampung 3-5 mL darah vena dalam tabung bertutup merah, gunakan serum yang tidak terhemolisis untuk melakukan perhitungan aldolase.
  • Tidak ada pembatas asupan makanan dan minuman

Aldosteron

    Prinsip uji:

      Aldosteron merupakan mineral kortikoid yang paling kuat di semua mineral kortikoroid yang ada dan di peroleh kortexs adrennal.Fungsi utamanya adalah mengatur keseimbagan natrium,kalium,dan air sesuai kebutuhan tubuh

Tujua:

1.mendeteksi kekuragn dan kelebihan aldosteron

2.Untuk membandingkan kadar aldosteron serum dan uine dengan uji laboratorium yang lain guna mendapatkan hidrasi berlebihan melalui peningkatan kadar natrium dan hipo fungsi adrenal

  Prosedur:

   *  Tampung 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.tabung bertutup hijau (mengandung heparin) juga dapat di gunakan

   *Kliens harus berada dalam posisi terlentang selama sedikitnya 1 jam sebelum darah di ambil

    * Catat tanggal dan waktu pengambilan formulir spesimen.kadar aldosteron memperlihatkan irama,dengan kadar pucak berlangsung di pgi hari dan kadar yang lebih rendah pada core hari

    * makanan dan minuman tidak d batasin tetapi garam berlebih dan zat penganggu lain (Likoris) jangan di komsmusi sebelum uji di lakukan.sebaiknya asupan makanan mengandung kadar garam normal

III.       Pemeriksaan Plasma

  1. a.      Fibrinogen

Prinsip uji:

Fibrinogen, suatu protein plasma yang disintesis oleh hati, diuraikan oleh trombin menjadi benang fibrin yang diperlukan dalam pembentukan bekuan, difisiensi fibrinogen dapat menyebabkan pendarahan. Kadar fibrinogen yang rendah dapat terjadi akibat DIC,yang biasanya disebabkan oleh trauma atau komplikasi obstretik yang berat.

Tujuan:

Untuk memastikan apakah, defisiensi fibrinogen memang menyebabkan pendarahan yang terjadi

Untuk membandingkan temuan uji ini dengan uji FDP dalam mendiagnosis DIC.

Prosedur:

  • Kumpulkan 5-7 mL darah vena dalam tabung tertutup biru. Campur darah rata dengan antikoagulan yang ada dalam tabung (bolak-balik tabung beberapa kali). Cegah hemolisis dengan tidak mengocok tabung
  • Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
  1. b.      Amonia

Prinsip uji:

Amonia, produk sampingan dari metabolisme protein, dihasilkan akibat kerja bakteri didalam usus dan dari jaringan termetabolisasi. Sebagian besar amonia diserap dalam sirkulasi portal dan diubah menjadi urea didalam hepar.

Tujuan:

Untuk mendeteksi gangguan hepar akibat ketidak mampuan hepar mengubah amonia menjadi urea.

Prosedur:

  • Masukkkan 5 mL darah vena dalam tabung bertutup hijau. Sampel darah harus segera dibawa ke laboratorium dalam kemasan es. Kadar amonia meningkat dengan cepat setelah darah diambil
  • Meminimalkan penggunaan torniket untuk pengambilan darah
  • Tidak ada pembatasan makanan atau minuman, kecuali diindikasikan oleh teknisi laboratorium jangan merokok sebelum dilakukan pengujian
  • Catatan obat yang dikonsumsi klien yang dapat mempengaruhi hasil uji.
  1. c.       Waktu lisis euglobulin

Prinsip uji:

 Pengujian ini dilakukan untuk mengukur aktivitas fibrinogen melalui pengukuran interval waktu antara pembentukan bekuan dan presisitasi euglobulin. Euglobulin adalah fraksi plasma yang tidak dapat larut dalam asam. Waktu yang diperlukan bekuan untuk terurai atau lisis. Jika lisis bekuan kurang dari satu jam fibrinolisis patologi akan terjadi.

Tujuan:

Untuk mendeteksi keberadaan fibrinolisis abnormal.

Prosedur:

  • Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman
  • Jangan memijat vena yang akan digunakan untuk pengambilan sampel darah
  • Kumpulkan 4,5 mL darah vena dalam tabung bertutup biru. Aduk darah merata dengan antikoagulan yang ada dalam tabung. Tabung kontrol mungkin diperlukan.
  • Simpal sampel darah dalam es dan segera bawa ke laboratorium. Darah harus disentrifugasi 30 menit.
  1. Glukagon

Prinsip uji:

Glukagon disekresi oleh sel alfa pankreas. Zat ini berfungsi sebagai hormon counter-regulatory pada insulin untuk pengaturan metabolisme glukosa. Zat ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengubah glikogen menjadi glukosa saat merespon terhadap hipoglikemia.

Tujuan:

Untuk mendeteksi peningkatan atau defisik glukagon serum, yang membantu dalam pengaturan metabolisme glukosa.

Prosedur:

  • Kumpulkan 5-7 mL darah vena dalam tabung bertutup lembayung. Cegah hemolisis, dinginkan tabung dan bawa segera ke laboratorium.
  • Makanan dan minuman tidak boleh dikonsumsi dalam 10-12 jam sebelum uji.
  • Tangguhkan konsumsi obat seperti insulin, kortison, hormon pertumbuhan, dan epineprin, dengan seizin pemberi layanan kesehatan sampai uji selesai dilakukan.
  1. e.       Katekolamin

Prinsip uji:

Ada tiga katekolamin utama epineprin (adrenalin), norepineprin dan dopamin, yang merupakan hormon yang disekresi oleh medula adrenalis.

Tujuan:

Untuk membantu mediagnosis masalah kesehatan yang berkaitan dengan kadar katekolamin dalam plasma dan urin yang abnormal.

Prosedur:

  • Kumpulkan 7-10 mL darah vena dalam tabung bertutup lembayung atau hijau. Tempatkan segera sampel darah didalam wadah berisi es, dan segera bawa ke laborarium. Laboratorium harus diberi tahu begitu spesimen telah diperoleh karena pengujian harus dilakukan segera dalam 5 atau 10 menit setelah darah diambil.
  1. f.       Renin

Prinsip uji:

Renin merupakan enzim yang disekresikan oleh ginjal. Enzim ini mengaktivasi sistem renin-agiotensin, yang menyebabkan vasokonstriksi dan pelepasan aldosteron ( hormon yang berasal dari medula adrenal, yang menyebabkan retensi natrium dan air).

Tujuan:

Untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi.

Prosedur:

  • Tanyakan pada petugas laboratorium dan pemberian layanana kesehatan untuk menentukan apakah uji renin plasma mencakup uji natrium urin dan /atau aldosteron urin.